Sabtu, 01 Januari 2011

Next


Ah...lucu sekali bagaimana bisa disebut mempunyai sanak family, jika pada akhirnya merekalah yang mencampakkan dirinya. Merekalah yang menjerumuskan kenistaan terhadap wajah gadis lugu itu.
“ Mak...tolong Ratna mak, Ratna tidak mau pergi..”, rengek gadis mungil itu memandang Ibunya yang tak dapat berbuat banyak. Ia meronta-ronta, mencoba melepaskan genggaman tangan seorang budak harta dengan sisa-sisa kekuatan yang ia punya. Tapi, tetap saja..
Dari balik jendela, sang Ibu hanya bisa menitikkan air mata. Memandangi anak sulungnya meronta-ronta diangkut sebuah mobil tua. Pandangan mereka bertemu, berkaca-kaca, tumpahan air kepasrahan berselancar dibalik kelopak mata yang telah rapuh-berselancar dibalik kelopak mata yang akan rapuh jua.

Jumat, 31 Desember 2010

Setetes Madu Untuk Ratna

Untuk kesekian kalinya, Ratna, panggil saja demikian, terkatung-katung hidupnya di belahan Bumi yang tak pernah menginginkan kehadirannya. Mata yang penuh kesombongan acap kali menembus tulang-tulang serta kulit hitam kasarnya. Mungkinkah nasib tak mau tau beribu kepedihan yang terpendam dalam lubuk hatinya. Gadis desa yang jauh dari kata bebas dengan terpaksa meninggalkan keluarga, sanak famili, adik dan seorang nenek tua yang ia panggil Ibu.